Bab 3 : Konsepsi Ilmu Budaya Dasar dalam Kesusastraan
3.1Pendekatan kesusastraan
Sastra merupakan kata serapan dari bahasa
Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau
"pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi"
atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk
merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki
arti atau keindahan tertentu.
Yang agak
bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih
mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah
pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah
salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan
sastra.
Selain itu
dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra
lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan,
tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman
atau pemikiran tertentu. Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis
atau bahasa.
3.2 Ilmu
Budaya Dasar yang Dihubungkan Dengan Prosa
Istilah
prosa banyak padanannya. Kadang-kadang disebut narrative fiction, prose fiction
atau hanya fiction saja. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi sering
diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita
atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa dan alur yang
dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Istilah cerita rekaan umumnya
dipakai untuk roman, atau novel, atau cerita pendek. Dalam kesusastraan
Indoensia kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru.
a. Prosa lama
meliputi :
1.
dongeng-dongeng
2.
Hikayat
3.
Sejarah
4.
Epos
5.
cerita pelipur lara
b. prosa baru
meliputi :
1.
cerita pendek
2.
roman/novel
3.
biografi
4.
kisah
5.
otobiografi
3.3Nilai-Nilai Dalam Prosa Fiksi
Sebagai seni
yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau lcarya sastra (prosa fiksi)
langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita. Dengan
pezicataan lain prosa mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat
sastra. Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :
1.
Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan
kesenangan yang diperoleh dan membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan
pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu peristiwa atau
kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk
mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya atau yang tak
mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh
yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya
untuk mencapai sukses.
2.
Prosa fiksi memberikan infonnasi
Fiksi
memberikan sejenis infonnasi yang tidak terdapat di dalam ensildopedi. Dalam
novel sexing kita dapat belajan sesuatu yang lebih datipada sejarah atau
laporan jumalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan
juga kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.
3.
Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi
dapat menstimuli imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya
dari warisan budaya bangsa. Novel seperti Siti Nurbaya, salah asuhan, sengsara
membawa nikmat, layar terkembang mengungkapkan impian-impian, harapan-harapan,
aspirasi-aspirasi dari generasi yang terdahulu yang seharusnya dihayati oleh
generasi kini. Novel yang berlatar belakang perjuangan revolusi seperti jalan
tak ada ujung, misalnya menggambarkan suatu tindakan heroisme yang mengagumkan
dan memberikan kebanggaan, yang oleh generasi muda sekarang tidak lagi
mengalaminya secara fisik. Dan oleh karena mahasiswa tidak lagi mengalami
secara fisik itulah, jiwa kepahlawanan perlu disentuhkan lewat hasil-hasil
sastra.
4.
Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa
fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman
dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan labih banyak kesempatan untuk
memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat
berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri. Berkenaan dengan
moral, karya sastra dapat dibagi menjadi dua; Karya sastra yang menyuarakan
aspirasi jamannya dan karya sastra yang menyuarakan gejolak jamannya. Ada juga
yang tentunya menyuarakan kedua-duanya.
Karya sastra
yang menyuarakan aspirasi jamannya mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang
dikehendaki jamannya. Kebanyakan karya sastra Indoensia di jaman Jepang yang
dikelompokkan kedalam kelompok
Karya sastra
yang menyuarakan gejolak jamannya, biasanya tidak mengajak pembaca untuk
melakukan sesuatu, akan tetapi untuk merenung. Kedua macam karya sastra itu
selalu menyampaikan masalah. Masalah ini disampaikan dengan jalan menyajikan
interaksi tokoh-tokohnya. Masing-masing tokoh mempunyai temperamen, pendirian,
dan kemauan yang berbeda-beda. Perbedaan ini menimbulkan konflik. Konflik dapat
terjadi baik didalam din tokoh sendiri maupun diantara tokoh satu dengan tokoh
lainnya.
3.4Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Puisi
Pembahasan
puisi dalam rangka pengajaran Ilmu Budaya Dasar tidak akan diarahkan pada
tradisi pendidikan dan pengajaran sastra dan apresiasinya yang mumi. Puisi
dipakai sebagai media sekaligus sebagai sumber belajar sesuai dengan tema-tema
atau pokok bahasan yang terdapat di dalam Ilmu Budaya Dasar.
Kepuitisan,
keartistikan atau keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair
dalam membangun puisinya dengan menggunalcan :
1.
Figura bahasa ( figurative language ) seperti gaya personifikasi,
metafora, perbandingan, alegori, dsb sehingga puisi menjadi segar, hidup,
menarik dan memberi kejelasan gambaran angan.
2.
Kata-kata yang ambiquitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda,
banyak tafsir.
3.
Kata-kata berjiwa yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana
tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan
memukau.
4.
Kata-kata yang konotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi
tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
5.
Pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang
dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati
Adapun
alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan Ilmu Budaya Dasar
adalah sebagai berikut :
1.
Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia.
Perekaman
dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan”.
lin berarti bahwa manusia senantiasa ingin memiliki salah satu kebutuhan
dasamya untuk lebih menghidupkan pengalaman hidupnya dari sekedar kumpulan
pengalaman langsung yang tethatas.Dengan pengalaman perwakilan itu sastra/puisi
dapat memberikan kepada para mahasiswa memiliki kesadaran (insight-wawasan)
yang penting untuk dapat melihat dan mengerti banyak tentang dirinya sndiri dan
tentang masyarakat.
Pendekatan
terhadap pengalaman perwakilan itu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang
disebut “imaginative entry”, yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup
sendiri dengan pengalaman yang dituangkan penyair dalam puisinya.
2.
Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.
Dengan
membaca puisi mahasiswa dapat diajak untuk dapat menjenguk hati/pikiran
manusia, baik orang lain maupun did sendiri, karena melalui puisinya sang
penyair menunjukkan kepada pembaca bagian dalam hati manusia, ia menjelaskan
pengalaman setiap orang.
3.
Puisi dan keinsyafan sosial
Puisi juga
memberikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial,
yang terlibat dalam isue dan problem sosial. Secara imaginatif puisi dapat
menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang bisa berupa ;
-
penderitaan atas ketidak adilan
-
perjuangan untuk kekuasaan
-
konflik dengan sesamanya
-
pemberontakan terhadap hukum Tuhan
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar